Gaya

7 Penyebab Gangguan Irama Jantung Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium kondisi yang menyebabkan detak jantung tak teratur dan cepat.

Merujuk Cleveland Clinic, perubahan atau kerusakan jaringan jantung masalah utama yang menyebabkan fibrilasi atrium.

Biasanya, masalah arteri koroner atau tekanan darah tinggi menyebabkan perubahan itu.

Terkadang terkadang sulit untuk mengetahui penyebab gangguan irama jantung.

Sebagian orang, tidak diketahui persis penyebab yang bisa diidentifikasi.

Ketika mengalami fibrilasi, rangsangan menjadi acak dan kacau menyebabkan dua bilik paling atas jantung bergetar.

Kondisi itu menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur dan lebih cepat dari biasanya.

Selain penyebab, faktor risiko yang meningkatkan risiko fibrilasi ini, ada tujuh faktor dikutip dari Mayo Clinic.

1.

Semakin tua seseorang berkemungkinan mengalami fibrilasi atrium.

2.

Riwayat masalah katup jantung, penyakit jantung bawaan, gagal jantung kongestif, arteri koroner, serangan jantung, atau operasi jantung.

Memiliki peningkatan risiko fibrilasi atrium.

3.

Tekanan darah tinggi jika tidak dikontrol dengan perubahan gaya hidup atau obat-obatan, bisa meningkatkan risiko fibrilasi atrium.

4.

Beberapa orang dengan masalah tiroid pun rentan bermasalah irama jantung, termasuk fibrilasi atrium.

5.

Orang dengan kondisi kronis seperti diabetes, sindrom metabolik, penyakit ginjal, paru-paru, sleep apnea memiliki peningkatan risiko fibrilasi atrium.

6.

Bagi sebagian orang, minum alkohol memicu fibrilasi atrium.

7.

Orang yang obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami fibrilasi atrium.

Merujuk Mayo Clinic, gejala fibrilasi atrium ditandai gejala salah satunya, yaitu sensasi detak jantung cepat.

Adapun gejala lainnya, sakit dada, pusing, kelelahan, sesak napas, lemah, berkurang kemampuan olahraga.

Fibrilasi atrium jika tidak diobati bisa menyebabkan stroke dan komplikasi medis serius lainnya.

Irama jantung yang terganggu menandakan kondisi aritmia.

Mengutip Healthline, aritmia mempengaruhi kecepatan detak jantung, lebih cepat atau lambat dari normal.

Ketika impuls yang mengatur denyut jantung tak berfungsi semestinya, maka menyebabkan beberapa kondisi.

Adapun kondisinya, yaitu detak jantung terlalu cepat (takikardia), lambat (bradikardia), dini (kontraksi prematur), tidak menentu (fibrilasi).

Merujuk publikasi National Library of Medicine berjudul Arrhyhmias, prevalensi aritmia antara 1,5 dan 5 persen dari populasi.

Aritmia biasanya tidak berbahaya, tapi dalam beberapa kondisi bisa berakibat masalah yang serius.

Jika aritmia mengganggu aliran darah ke tubuh, maka rentan mempengaruhi otak, paru-paru, maupun organ vital lainnya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *